7 Mitos tentang Diabetes yang Banyak Dipercayai Masyarakat, Apa Saja?
Ilustrasi mitos tentang kencing manis (Unsplash/Akash Deep)

Bagikan:

SURABAYA – Menurut data dari International Diabetes Federation, Indonesia masuk dalam 10 terbesar penduduk yang mengalami diabetes. Pada peringkat ke 7 dengan tambahan sejumlah 6,2 persen semenjak pandemi. Mengingat data tersebut, kerap orang keliru perihal penyakit diabetes.

Agar lebih terang, berikut mitos-mitos tentang diabetes yang perlu diluruskan.

Mitos 1: Diabetes tipe 1 didagnosa di masa kecil

Diabetes tipe 1 adalah bentuk penyakit autoimun yang sering didiagnosis semasa kanak-kanak. Padahal faktanya, diabetes tipe 1 dapat didiagnosis pada segala usia. Melansir All Womans Talk, di Amerika sekitar 1,7 juta orang dikatakan menderita diabetes tipe 1.

Kebingungan sering muncul ketika membedakan dengan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 biasanya disebabkan oleh masalah gaya hidup. Seperti kelebihan berat badan dan memiliki riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2.

Ini berarti kedua tipe penyakit diabetes bisa dialami pada usia berapapun. Lebih jauh lagi, rutin medical check up dan menjaga gaya hidup sehat merupakan langkah preventif mencegah terserang diabetes.

Mitos 2: Orang dengan pradiabetes akan mengalami diabetes

Pradiabetes dialami seseorang ketika memiliki kadar glukosa plasma puasa setinggi 100 hingga 125 mg/dL, tetapi belum menderita diabetes. Orang yang mengalami pradiabetes bisa mengubah gaya hidup dan bisa mengurangi potensi terkena diabetes.

Mitos 3: Hanya overweight yang mengalami diabetes

Kelebihan berat badan atau overweight memang berpotensi meningkatkan diabetes meski sebenarnya risiko diabetes bisa dialami ketika memiliki riwayat keluarga yang mengalami diabetes tipe 2. Terutama jika Anda berusia lebih dari 45 tahun.

Maka, jaga kadar kolesterol tetap rendah dan aktif secara fisik serta menjaga pola hidup sehat.

Mitos 4: Diabetes kehamilan selalu menyebabkan diabetes penuh

Diabetes gestasional dialami 200.000 wanita setiap tahun. Diabetes gestasional secara teoritis akan menurun setelah kehamilan. Sementara 50 hingga 60 persen wanita yang didiagnosis terus menderita diabetes ada banyak cara untuk mengurangi risikonya.

Misalnya dengan menurunkan berat badan dan berolahraga selama 30 menit setiap hari untuk mengurangi risiko kencing manis.

Mitos 5: Diabetes akan bertahap memicu kesehatan tubuh menurun

Pemahaman ini paling berbahaya, sebab diabetes tidak memakan banyak waktu untuk mulai merusak tubuh. Sebuah penelitian tahun 2020 menemukan bahwa 20 persen penderita diabetes yang baru didiagnosis sudah mengalami retinopati atau penurunan hingga kehilangan penglihatan.

Penderita kencing manis juga berkemungkinan mengalami serangan jantung terlepas diagnose sebelumnya. Artinya, segera kenali dan ubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Mitos 6: Kondisi semakin buruk ketika suntik insulin

Perlu dipahami bahwa penderita diabetes tipe 2 perlu mengonsumsi insulin. Cara ini paling efektif untuk mengontrol dan mengelola diabetes. Jika masih dapat mengontrol diabetes melalui manajemen gaya hidup, artinya dapat menghindari insulin.

Mitos 7: Insulin menyebabkan komplikasi

Insulin bukan pengobatan pertama untuk kencing manis. Jika memungkinkan dikontrol lewat mengubah gaya hidup sehat, maka insulin dapat jadi opsi terakhir. Pada saat dokter meresepkan insulin, diabetes mungkin telah menyebabkan masalah pada saraf, jantung, ginjal, atau mata.

Faktanya, insulin dapat membantu mencegah komplikasi yang telah terjadi dan mengurangi kerusakan lebih lanjut pada organ.

Agar pemahaman tidak semakin bikin rumit dan kondisi setiap orang akan bervariasi, maka disarankan untuk rutin konsultasi pada ahlinya. Jangan lupa untuk tetap menjaga kesehatan dan terhindar dari risiko diabetes sejak dini.

Artikel ini telah tayang dengan judul Faktanya, Terdapat 7 Mitos yang Keliru Tentang Penyakit Diabetes.

Selain terkait mitos tentang diabetes, dapatkan informasi dan berita nasional maupun internasional lainnya melalui VOI.