Waspada Hepatitis Akut di Surabaya, Eri Cahyadi Minta Orang Tua Awasi Kesehatan Anaknya
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (DOK via ANTARA)

Bagikan:

SURABAYA - Kemunculan penyakit hepatitis akut menjadi perhatian banyak pihak, termasuk Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur. Seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes), terutama rumah sakit dan Puskesmas di Kota Surabaya, terus meningkatkan pengawasan dan kewaspadaan. Hal itu dilakukan untuk mencegah penularai hepatitis akut di Surabaya yang menyerang anak-anak.

Waspada Hepatitis Akut di Surabaya

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, mengingatkan, tak hanya faskes namun peran orang tua juga digarapkan demi mencegah penyakit tersebut. Oleh karena itu ia mengajak orang tua agar lebih peka terhadap kondisi kesehatan anak-anaknya.

"Saya nyuwun (minta) tolong kepada para orang tua, mohon dijaga kesehatan putranya. Salah satunya kalau dolen (bermain) diawasi, makanannya juga diawasi, jangan sampai terlambat," kata Eri, di Surabaya, Rabu, 11 Mei.

Peran Orang Tua Diharapkan

Walkot Eri juga berharap kepada para orang tua agar ketika anaknya mengalami gejala sakit, supaya segera diperiksakan. Ia pun tak ingin karena terlambat mendapatkan penanganan, anak tersebut sakitnya semakin parah.

"Kalau anak-anak kan nggak ngeroso (tidak terasa), moro-moro dadi loro (tiba-tiba jadi sakit). Jadi, peran orang tua sangat kami harapkan untuk mencegah hepatitis," ujarnya.

Adapun sejumlah ciri-ciri anak yang terjangkit hepatitis akut di antaranya yakni, mengalami penurunan kesadaran, pyrexia (demam tinggi), muncul perubahan warna urin (gelap) dan/ atau feses (pucat), Jaundice (terjadinya perubahan warna menjadi kekuningan pada kulit, bagian putih dari mata, dan juga membran mukosa anak) dan pruritis (gatal pada kulit).

"Ciri lain adalah arthralgia/ myalgia (nyeri sendi atau pegal-pegal). Kemudian mual, muntah, atau nyeri perut serta lesu, dan/ atau hilang nafsu makan dan diare," ujarnya. 

Belum Ada Temuan Kasus

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina, mengatakan sampai saat ini belum ada penemuan kasus hepatitis akut di Surabaya. Meski begitu, seluruh Fasyankes telah meningkatkan upaya dan kesiapsiagaan mewaspadai potensi kasus tersebut.

"Sampai saat ini di Kota Surabaya belum ada laporan terkait penemuan kasus tersebut," kata Nanik.

Sejumlah upaya meningkatkan kewaspadaan dini pada masing-masing Fasyankes di Surabaya telah dimaksimalkan. Bagi setiap rumah sakit, Dinkes Surabaya meminta agar melakukan pengamatan semua kasus sindrom jaundice akut yang tidak jelas penyebabnya dan ditangani sesuai SOP serta pemeriksaan laboratorium.

"Kemudian, melakukan Hospital Record Review (HRR) terhadap Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya sejak tanggal 1 Januari 2022 dan melaporkan segera jika ada penemuan kasus potensial sesuai indikasi kasus tersebut," kata Nanik.

Penguatan Komunikasi

Sedangkan bagi setiap Puskesmas, Kadinkes meminta agar seluruhnya melakukan penguatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada seluruh masyarakat. Juga, upaya pencegahan melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara konsisten dalam berkegiatan sehari-hari dan di lingkungan tempat tinggal.

"Selain itu, juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk segera mengakses Fasyankes (Puskesmas setempat) apabila mengalami sindrom jaundice," ujarnya.

Memantau dan Melaporkan Kasus

Tak hanya itu, Dinkes juga meminta setiap Puskesmas supaya memantau dan melaporkan kasus sindrom jaundice akut secara rutin melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), dengan gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urin berwarna gelap yang timbul secara mendadak.

Termasuk pula, menginstruksikan seluruh Puskesmas agar melakukan penguatan jejaring kerja surveilans lintas program dan lintas sektor di masing-masing wilayah kerja. "Segera memberikan notifikasi (pelaporan melalui SKDR) apabila terjadi peningkatan kasus sindrom jaundice akut maupun penemuan kasus ke Dinkes Kota Surabaya," katanya.

Tetap Tenang dan Waspada

Meski demikian, Kadinkes mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan berhati-hati. Sebagai langkah pencegahan, ia berpesan agar masyarakat tetap menerapkan PHBS secara konsisten dalam berkegiatan sehari-hari dan di lingkungan tempat tinggal.

"Yakni, dengan cara mencuci tangan dan meminum air bersih yang matang. Kemudian, makan-makanan yang bersih dan matang penuh, membuang tinja dan/ atau popok sekali pakai pada tempatnya. Lalu, menggunakan alat makan sendiri-sendiri serta memakai masker dan menjaga jarak," ujarnya.