Beberapa waktu lalu informasi mengenai virus nipah ramai dibicarakan. Menurut Defriman Djafri, epidemiolog dari Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat, virus tersebu merupakan ancaman yang nyata bagi negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan.
"Sebenarnya ini tidak tergolong baru, namun ini menjadi ancaman yang nyata ketika kita masuk ke negara-negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan," ungkap Defriman, Senin, 1 Feberuari, dilansir Antara Jatim.
Ia menjelaskan bahwa virus yang pertama kali ditemukan di Malaysia ini punya kemiripan dengan virus corona atau COVID-19. Menurutnya, virus nipah menyasar dua hal, yaitu neurologis dan pernapasan. Masalah pada kedua hal tersebut dapat menyebabkan kematian.
"Neurologis ini diagnosisnya tidak bisa cepat dan butuh penelitian dalam karena kasus yang dilaporkan tidak terlalu banyak," jelas Defriman.
Jauh dari itu, salah satu kekhawatiran para ahli kesehatan termasuk epidemiolog ialah virus nipah menjadi pandemi selanjutnya. Artinya, terjadi penularan dari orang ke orang secara langsung.
"Ini yang perlu diantisipasi sebab jangan sampai kejadian virus corona yang awalnya hanya melalui penularan dari hewan ke manusia kemudian berkembang penularan dari manusia ke manusia," katanya.
Oleh sebab itu, Defriman meminta pemerintah bergerak cepat mengantisipasi bahaya virus nipah. Dikhawatirkan pula sudah ada yang terinfeksi namun belum terdeteksi.
"Apalagi selama ini juga tetap melalui test polymerase chain reaction," tambahnya.
Ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI.id, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!