Mengenal Tradisi Megengan, Budaya yang Tak Masih Lestari untuk Sambut Bulan Ramadan
Gunungan kue apem (ANTARA)

Bagikan:

Surabaya – Tradisi Megengan masih rutin digelar meski pandemi masih berjalan. Tradisi tersebut masih dipegang teguh oleh masyarakat di beberapa daerah, salah satunya di Kota Madiun, Jawa Timur. Megengan adalah salah satu tradisi unik karena sangat jarang digelar dan digelar untuk menyambut bulan Ramadan yang tahun ini jatuh pada hari Selasa, 13 April.

Mengenal Apa Itu Tradisi Megengan

Tradisi Megengan sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat di lingkup pedesaan. Tradisi tersebut berupa kenduri dan saling tukar berkat makanan. Di Madiun, tradisi tersebut dilakukan selepas Isya di masing-masing masjid atau mushalla.

Dilansir dari Antara, salah satu warga di Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun mengatakan bahwa tradisi Megengan yang digelar pada Ramadan 2021 ini juga dilakukan dengan melantunkan bacaan Alquran.

“Megengan ini merupakan tradisi jelang bulan Ramadan. Dalam 'Megengan' itu, selain melantunkan bacaan ayat-ayat suci Al Quran, juga menukarkan berkat makanan yang dibawa oleh masing-masing kepala keluarga," kata Sasomo yang merupakan Takmir Mushalla setempat, Minggu, 11 April.

Sasomo menjelaskan, Megengan digelar beberapa hari sebelum Ramadan. Sedangkan berkat makanan yang dibawa oleh masing-masing keluarga juga berbeda-beda sesuai dengan kemampuan. Namun, jika mengulik sejarah, Megengan sangat identik dengan makanan ringan yang berupa kue apem.

Namun seiring dengan majunya zaman, makanan pada tradisi Megengan bisa diganti dengan makanan apapun sesuai kemampuan.

Tujuan Megengan, kata Sasomo, adalah bentuk rasa syukur atas berkah Ramadan sekaligus meminta perlindungan kepada Allah SWT dan meminta kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa serta memudahkan semua urusan. Megengan juga jadi wujud mempererat hubungan silaturahmi antar sesama umat manusia.

Filosofi Tradisi Megengan

Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya , Prof. Dr. Nur Syam, M.Si dalam artikel Tradisi Megengan di Jawa, mengartikan Megengan sebagai upacara selamatan sebelum bulan Ramadan.

Tak bisa dipastikan siapa tokoh pencetus tradisi Megengan. Namun, dikutip dari situs nursyam.uinsby.ac.id, tradisi Megengan kemungkinan besar dicetuskan oleh Sunan Kalijaga. Namun hingga kini tak ada bukti historis terkait tradisi tersebut.

Megengan sendiri bisa diartikan sebagai ‘menahan’, yang di bulan Ramadan berarti menahan nafsu manusia. Tradisi tersebut memang bisa dikatakan sebagai persiapan sebelum Ramadan tiba.  Filosofi Megengan sendiri juga dikaitkan dengan nafsu mutmainnah.

Dikutip dari situs islam.nu.or.id, Ibnu ‘Abbas menjelaskan bahwanafsu muthmaninnah adalah nafsu yang membenarkan ketuhanan Allah. Sedangkan menurut Qatadah, nafsu muthmaninnah yaitu nafsu orang mukmin yang meyakini janji Allah SWT dan yakni terhadap kabar yang dibawa rasul-Nya.

Selain terkait tradisi Megengan, dapatkan informasi dan berita nasional maupun internasional lainnya melalui VOI.