Banyak Keluhan Pengangguran di Surabaya, Wakil Ketua DPRD Paparkan Datanya
ILUSTRASI/SURABAYA/ANTARA HO PEMKOT

Bagikan:

SURABAYA - Banyaknya pengangguran di Surabaya, Jawa Timur mendapat sorotan dari Wakil Ketua DPRD Reni Astiuti.

Ia meminta pemerintah kota yang bekerja di bawah naungan Walkot Eri Cahyadi serius menangani pengangguran yang diakibatkan dari pandemi COVID-19.

Reni memaparkan, RAPBD Surabaya 2022 yang diproyeksikan mencapai Rp10,1 triliun harus dipastikan mampu menciptakan lapangan pekeraan dan meningkatkan daya beli masyarakat.

"Saat saya turun ke kampung-kampung banyak keluhan pengangguran," katanya dikutip Antara, Kamis, 14 Oktober.

Bagi Reni, penting untuk mengetahui demografi angkatan kerja di Kota Surabaya serta variasi intervensi SDM.

Rincian Pengangguran di Surabaya

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), kata Reni, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Surabaya naik di 9,79 persen per 2020. Sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) alami penurunan ke 68,05 persen dan rasio penduduk bekerja pun merosot di 61,39 persen.

Selain itu, data BPS juga menyebut status pekerjaan utama di Kota Surabaya didominasi oleh buruh atau karyawan sebanyak 57.75 persen, disusul sektor usaha mandiri dengan 22.77 persen dan pekerja keluarga atau tidak dibayar sekitar 6.91 persen.

"Lapangan pekerjaan utama diisi oleh bidang jasa dengan 77,58 persen, kemudian sektor manufaktur dengan 21,75 persen, dan pertanian dengan 0,67 persen. Adapun porsi dari sektor formal dan informal secara berturut-turut adalah 60,81 persen dan 39,19 persen," katanya.

Pengangguran karena COVID-19 Capai Puluhan Ribu

Reni mengatakan terdapat 2,35 juta penduduk usia kerja di Kota Surabaya pada tahun 2020. Sedangkan untuk jumlah penduduk usia kerja yang terdampak COVID-19 sendiri mencapai angka 535.327 orang atau 23,02 persen dari total penduduk usia kerja.

Penduduk usia kerja meliputi pengangguran karena COVID-19 (49.892 orang), bukan angkatan kerja terdampak COVID-19 (7.302 orang), sementara tidak bekerja lantaran COVID-19 (26.902 orang), dan pengurangan jam kerja akibat COVID-19 (451.231 orang).

"Perlu mitigasi setiap sektor penduduk usia kerja terdampak COVID-19, tidak hanya pengangguran, tapi juga yang mengalami pengurangan jam kerja, dan belum memulai pekerjaan atau sementara tidak bekerja, yang bila dijumlah sebanyak 23,02 persen dari penduduk usia kerja," katanya.

Pemkot Surabaya Perlu Libatkan Swasta

Mereka yang sudah bekerja perlu dicermati status pekerjaan utamanya, mana sektor yang kemudian perlu mendapat perhatian.

"Klasifikasi jenis pengangguran, baik lama atau baru (akibat COVID-19) totalnya 154.896 (9,79 persen), sehingga bisa dicarikan solusinya berdasarkan potensi dan pasar tenaga kerja," katanua.

Pimpinan DPRD Surabaya ini meminta agar Pemkot Surabaya juga melibatkan pihak swasta demi mendukung terbukanya lapangan pekerjaan dan akses permodalan bagi mereka dengan usaha mandiri.

"Saya apresiasi skema penanganan pengangguran mulai dari pemberdayaan UMKM hingga pengembangan startup, perlu diperkuat dengan kebijakan strategis dan taktis lainnya yang solutif tangani pengangguran dengan libatkan stakeholder Surabaya," kata Reni Astuti.

Artikel ini telah tayang dengan judul Eri Cahyadi Diminta Serius Atasi Pengangguran di Surabaya, Waka DPRD: Saya Turun ke Kampung-kampung Banyak Keluhan.

Selain terkait pengangguran di Surabaya, dapatkan informasi dan berita nasional maupun internasional lainnya melalui VOI.