Sukses Tangani Pandemi dan Gelar PTM, Surabaya Bakal Jadi Percontohan Nasional Belajar Tatap Muka 100 Persen
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dampingi murid belajar (FOTO VIA ANTARA)

Bagikan:

SURABAYA - Pemerintah masih terus mengupayakan digelarnya belajar tatap muka secara penuh alias 100 persen. Untuk mencapai hal tersebut, Kota Surabaya, Jawa Timur bakal menjadi percontohan nasional menuju PTM full. Hal itu didasarkan pada kesuksesan Surabaya dalam menangani pandemi COVID-19 secara cepat serta penyelenggaraan PTM.

"Kota Surabaya dijadikan acuan. Selama ini, asesmennya, cek lapangan, setelah itu melakukan (surveilans, red.) 10 persen di sekolah tadi itu ternyata Surabaya yang paling siap," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dikutip Antara, Rabu, 17 November.

Surabaya Jadi Acuan Belajar Tatap Muka Nasional

Informasi tersebut, kata Eri, juga sudah disampaikan oleh tenaga ahli Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Andani Eka Putra saat berkunjung ke Balai Kota Surabaya pada Senin, 15 November lalu.

Eri juga menjelaskan bahwa pemerintah pusat akan menjadikan Surabaya sebagai acuan nasional dalam menuju penyelenggaraan PTM 100 persen karena daerah itu dinilai  paling siap untuk melaksanakan kebijakan itu.

Terkait dengan penanganan COVID-19 dan penyelenggaraan PTM, katanya, Kota Surabaya dipandang paling berhasil oleh pemerintah pusat. Karena itu, Surabaya bisa menjadi contoh bagi kabupaten/kota atau kepala daerah lain di Indonesia.

"Ternyata dipandang pemerintah pusat ini (Surabaya, red.) yang terbaik sehingga Kota Surabaya bisa dicontohkan ke tempat-tempat lainnya," ujar Eri Cahyadi.

PTM Harus Ada Izin Wali Murid

Bagi wali kota Surabaya, hal terpenting adalah PTM di Surabaya dapat berjalan sebab ketika para pelajar hanya mengikuti pendidikan melalui daring, akan sulit mereka lebih intens memahami pembelajaran yang diberikan.

"Yang penting pendidikan ini berjalan. Karena bagaimanapun kalau tidak bertemu (PTM, red.), ini agak susah. Yang kedua selalu saya katakan minta izin orang tua," sambung Eri Cahyadi.

Namun, dia kembali menegaskan bahwa sekolah bukanlah satu-satunya tempat penularan COVID-19. Sebab, katanya, bisa saja anak itu tertular COVID-19 ketika bermain atau beraktivitas di luar sekolah.

"Jadi sekolah bukan satu-satunya tempat penularan. Kalau sekolah dilarang tapi anaknya di rumah dibiarkan, tidak pakai masker dan nanti waktunya sekolah kena, terus sekolah yang disalahkan," ujar Eri Cahyadi.

Masyarakat Diminta Tetap Jalankan Prokes

Karenanya, Wali Kota Eri Cahyadi berpesan kepada seluruh masyarakat agar saling introspeksi diri, saling menjaga dan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes) di mana pun berada. Dengan gotong-royong dan kerja sama, ia optimistis pandemi COVID-19 bisa terlewati.

"Saya berharap semua yang ada di Surabaya selalu introspeksi diri, menjaga prokes, tidak saling menyalahkan. Inilah Surabaya, yang penuh gotong royong, insyaallah COVID-19 bisa dilewati," katanya.