Pria Penendang Sesajen di Gunung Semeru Diburu Polisi, Polda Jatim: Harus Menghormati Kearifan Lokal Daerah
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Gatot Repli Handoko (DOK ANTARA)

Bagikan:

SURABAYA - Viralnya video pria penendang sesajen di Gunung Semeru menuai respon dari warganet. Bahkan, saat ini Kepolisian Daerah Jawa Timur memburu pria tak dikenal tersebut.

"Kami sudah membentuk tim untuk melakukan pencarian pelaku," ucap Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Gatot Repli Handoko di Surabaya, Senin, 10 Januari. 

Identitas Penendang Sesajen di Gunung Semeru 

Polisi mencoba melakukan pencarian dan monitoring media sosial yang menaikkan video tersebut di dunia maya. Sedangkan terkait identitas pelaku relawan apakah asli warga setempat atau bukan, Kombes Pol Gatot belum bisa menjelaskan lebih rinci.

Ia mengimbau masyarakat maupun relawan agar menjaga kondusivitas di sekitar area bencana, termasuk Gunung Semeru.

"Karena selama ini Lumajang sudah mulai damai, mulai aman, dan mulai bagus. Jangan sampai dirusak dengan adanya video-video yang mengandung SARA dan kita harus menghormati kearifan lokal daerah situ," ucap dia.

Putri Gus Dur Ikut Komentar

Sementara itu, putri sulung Presiden Ke-4 Abdurrahman Wahid, Alissa Wahid di Twitternya @AlissaWahid mencuitkan, "mempersilakan kalau ada masyarakat yang yakin dengan sesajen itu tidak boleh. Tapi, memaksakan keyakinan tersebut kepada yang meyakini itu tidak boleh."

"Repot memang ketemu yang model-model begini. Susah banget memahami bahwa dunia bukan milik kelompoknya saja," cuitnya.

Sebelumnya, video seorang memakai rompi hitam memaki pemakaian sesajen di kawasan Gunung Semeru. Dalam video tersebut, ia membuang sesajen di depannya, bahkan ada yang ditendang oleh pria tersebut.

Bupati Lumajang Kecewa

Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengaku kecewa dengan ulah pria yang menendang sesaji di Gunung Semeru dan viral di media sosial.

Menurut dia, pria tersebut bukan mengurus tugasnya dan malah melanggar nilai-nilai yang ada di masyarakat lokal sekitar Gunung Semeru.

"Apa pun motifnya, tentu saya kecewa. Itu melanggar tata nilai yang kami hidup berdampingan bersama dengan seluruh agama, seluruh suku di Lumajang" ucap Cak Thoriq, sapaan akrabnya.