Terjadi Kelangkaan Minyak Goreng, Mendag Lutfi Sebut Ada Mafia di Tiga Daerah Salah Satunya Surabaya

SURABAYA - Kelangkaan minyak goreng di Indonesia jadi perhatian serius. Saat ini pemerintah terus berupaya mengatasi kelangkaan tersebut.

Permainan dalam Kelangkaan Minyak Goreng

Meski demikian, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menjelaskan bahwa pasokan minyak goreng cukup untuk masyarakat di setiap provinsi. Namun ia curiga ada permainan dalam kelangkaan pasokan dan tingginya harga minyak goreng di Indonesia.

Adanya permainan tersebut berimbas pada harga minyak goreng di tingkat konsumen bergejolak.

Menurut data BPS per Februari 2022, harga minyak goreng kemasan yang semula Rp20.279 per liter menjadi Rp16.965 per liter alias turun 18,9 persen. Sedangkan minyak goreng curah turun dari 17.726 per liter menjadi Rp15.583 per liter atau 10,1 persen.

Namun, nyatanya harga tersebut tidak berlaku di pasaran.

Seharusnya Stok Cukup

Lutfi menuturkan, pemerintah telah mendistribusikan 551 juta liter dari 720 juta liter ke seluruh penjuru Indonesia. Menurut dia, seharusnya sudah mencukupi kebutuhan masyarakat di tiap provinsi.

"Yang terjadi adalah, spekulasi dari kami, ada orang-orang yang tidak sepatutnya menerima hasil dari minyak ini. Misalnya masuk ke tempat industri yang harusnya ke masyarakat 1,8 juta ton per bulan atau diselundupkan keluar negeri. Ini adalah mafia yang musti kita berantas bersama-sama," tutur Mendag dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis, 17 Maret.

Tiga Daerah Diduga Timbun Minyak Goreng

Lutfi mengungkapkan bahwa ada tiga daerah yang diduga menimbun minyak goreng, antara lain adalah Medan, Sumatera Utara (Sumut); Surabaya, Jawa Timur (Jatim); DKI Jakarta. Untuk Sumatera sendiri per 14 Februari hingga 16 Maret mendapatkan pasokan minyak goreng sebesar 60.423.417 liter.

"Saya pergi tidak ada migor, ada 3 daerah yang mirip seperti ini, yaitu Surabaya, Jawa Timur yang distribusi 91 juta, Jakarta 85 juta dengan 11 juta rakyat dan Sumut," ucapnya.

"Rakyat Sumut menurut BPS 2021 jumlahnya 15,18 juta orang, kalau dibagi ini setara dengan 4 liter per orang dalam waktu satu bulan," sambungnya.

Dominasi dari Industri dan Pelabuhan

Lutfi mengatakan di Sumatera Utara tepatnya di Medan, minyak goreng yang tersalurkan sebesar 25 juta, padahal rakyatnya adalah 2,5 juta jiwa. Berdasarkan simulasi per 1 bulan itu, masing-masing warga itu mendapatkan 10 liter minyak goreng.

Lebih lanjut, Lutfi mengatakan hal yang sama dalam ketiga kota ini adalah adanya dominasi dari industri dan pelabuhan.

"Tiga kota ini didominasi industri, pelabuhan. Jadi kalau ini pelabuhan dari pelabuhan rakyat, satu tongkang bisa 1.000 ton atau 1 juta liter, dikali Rp7.000 atau Rp8.000 ini uagnya bisa sampai Rp8-9 miliar. Kemendag tidak bisa melawan penyimpangan tersebut. Jadi spekulasi kita ini ada orang-orang yang mendapat mengambil kesempatan dalam kesempitan," ucapnya.