SURABAYA - Penyakit paru obstruktif kronik adalah salah satu gangguan kesehatan yang harus diwaspadai oleh masyarakat.
Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Aditya Wirawan, Ph.D, Sp.P, mengatakan bahwa sesak yang dialami penderita penyakit ini terjadi lantaran kondisi paru yang melebar namun udara sulit keluar.
BACA JUGA:
“Sesak yang dialami oleh penderita PPOK disebabkan terjadinya perubahan struktur anatomi paru," ujar dia dalam siaran pers RSUI, dilansir Antara, Minggu, 28 November.
Mengenal Penyakit paru obstruktif kronik
Saat kantung paru melebar, udara akan mudah masuk. Sayangnya udara yang telah masuk akan sulit keluar hingga mengakibatkan produksi dahak meningkat. Fenomena tersebut, kata Aditya dinamakan dengan bottle neck.
Ada gejala umum dan derajat skala sesak dari penyakit PPOK, dimulai dari derajat 0 hingga derajat 4. Pada derajat tidak ada sesak kecuali pasien melakukan aktivitas berat. Lalu pada derajat 1 sesak timbul bila berjalan cepat atau ketika berjalan menanjak.
Berikutnya derajat 2, pasien berjalan lebih lambat dari orang sebayanya karena sesak, kemudian derajat 3 muncul setelah berjalan 100 meter atau setelah berjalan beberapa menit dan pada derajat 4 sesak muncul saat mandi atau berpakaian.
PPOK yaitu suatu penyakit paru yang ditandai hambatan aliran udara, bersifat kronik dan progresif. Penyakit ini jika semakin lama akan semakin berat.
Mendiagnosa PPOK
Untuk mendiagnosa PPOK, Aditya menyarankan orang-orang berkonsultasi ke dokter. Nantinya, dokter mengajukan beberapa pertanyaan, pemeriksaan dan melakukan tes spirometri.
Menurut dia, apabila ditemukan pada fase awal, PPOK dapat lebih mudah ditangani dan tidak berkembang ke tahapan yang lebih parah.
“PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, namun akan berbahaya jika tidak ditangani. Oleh karena itu sebaiknya kita rutin untuk memeriksakan kesehatan paru, hindari pajanan zat berbahaya, salah satunya dengan berhenti merokok,” kata dia.
PPOK Jadi Penyebab Kematian
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2002 memperlihatkan PPOK menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskular dan kanker yang menjadi penyebab kematian di dunia.
Di Indonesia, diperkirakan sekitar 4,8 juta orang menderita PPOK dan angka ini bisa bertambah semakin banyaknya jumlah pecandu rokok, karena 90 persen penderita PPOK adalah perokok atau mantan perokok