5 Tips Membangun Batasan dalam Bersosialisasi Agar Tak Terlalu Kaku dan Tak Kebablasan
Ilustrasi tips membangun boundaries atau batasan yang sehat saat bersosialisasi (Unsplash/Marius Muresan)

Bagikan:

SURABAYA - Manusia butuh bersosialisasi. Mereka bukan makhluk individu, sehingga harus menjalin relasi dengan sesama manusia lainnya. Tidak hanya dalam hubungan personal, sosialisasi juga dibutuhkan untuk menjaga kesehatan mental.

Yang harus diketahui adalah bahwa dalam bersosialisasi, manusia juga butuh batasan atau boundaries. Dalam konteks ini, batasan yang dimaksud adalah garis transparan yang dibuat di sekitar Anda untuk mengetahui bisa tidaknya perilaku diterima di masyarakat.

Petingnya Bersosialisasi 

Namun, boundaries bersifat aktual dan terus berkembang. Hal itu menyesuaikan dengan usia dan capaian yang ingin diwujudkan.

Mengutip nukilan kalimat yang ditulis psikoterapis, Linda Esposito, LSCW., ia mengatakan bahwa “Beberapa orang menyukai batasan karena mewakili struktur, keteraturan, dan aturan,” dilansir Psychology Today, Senin, 6 Desember.

Cara Membangun Batasan yang Sehat

Esposito juga mengatakan bahwa sebagian orang menyukai batasan sebagai seperangkat hukum yang hanya ada hitam dan putih alias tidak ada wilayah abu-abu. Nah, dari kedua perspektif tersebut, batasan yang tidak sehat itu terlalu kaku dan atau terlalu longgar. Jadi, bagaimana cara membangun batasan yang sehat?

1. Harus bisa komunikasi jelas

Perasaan segan, terlalu agresif, tidak sensitif, atau bahkan berkata kasar bukan cara tepat menjelaskan batasan yang sehat. Batasan yang sehat bisa kok dikomunikasikan dengan jelas dan enggak ada yang terlewat. Dengan tetap percaya diri, Anda tak perlu takut tentang apa yang orang lain katakan, pesan Esposito. Jadi, jangan ragu dan merasa bersalah sehingga membuat Anda terlalu memaksakan diri atau bahkan dimanfaatkan.

2. Harus tahu apa yang sedang diperjuangkan

Menetapkan batasan sehat berarti mengenali apa yang sedang Anda perjuangkan. Untuk menetapkan batasan lebih mendasar, cobalah menghargai setiap langkah menuju capaian dan telah Anda perjuangkan.

Saran Esposito, ketika relasi sosial, misalnya, menghambat langkah Anda maka cobalah merasa nyaman dengan mengatakan ‘tidak’ atau menolak permintaan-permintaan yang enggak berkaitan dengan capaian. Tetapi, pesan Esposito, ada batas-batas budaya yang harus selalu dihormati, jadi tetap tenang dan berpikir matang untuk memutuskan membuat batasan.

3. Buat batasan selalu aktual

Batasan merupakan respons diri dari capaian yang diinginkan, perilaku orang lain, maupun situasi tertentu yang memaksa kita harus memilih. Batasan juga selalu aktual, jadi apabila satu aspek hidup tidak berhasil, ingatkan diri bahwa sekarang waktunya belajar untuk mendapatkan lebih.

Jangan pernah patah dan merasa terjebak, pesan Esposito, terus bergerak dan berteman dengan setiap situasi termasuk yang paling sulit menurut Anda.

4. Hindari memberikan kompensasi

Anda mungkin bisa lupa mengatakan ‘tidak’ sehingga membuat jadwal seharian kacau. Tetapi kelonggaran atau memberikan kompensasi bisa mengarah pada perasaan lelah atau merasa dimanfaatkan. Jadi, hindari memberikan kompensasi dan tetaplah berpijak dengan batasan yang telah Anda buat.

5. Percaya pada naluri

Para ahli pun mengatakan bahwa perut bisa memberi arahan tepat. Biasa dikenal dengan percaya pada naluri jika merasa ada yang janggal dengan perilaku orang lain. Apabila perilaku atau seseorang membuat Anda tidak bahagia, mungkin karena mereka tidak menghormati Anda. Sarannya, tanyakan pada diri sendiri ‘apa yang perlu saya lakukan untuk membuat situasi ini menguntungkan’.