Tips Parenting: 7 Cara Tak Bersikap Perfeksionis pada Anak
Ilustrasi menerapkan tips parenting (Pexels/Karolina Grabowska)

Bagikan:

SURABAYA - Salah satu tips parenting yang kerap diabaikan adalah menghindari sikap perfeksionis pada anak. Menghindari kegagalan memang patut diperhitungkan, namun saat mengalami kegagalan bukan berarti akhir dari sebuah dunia.

Psikolog dan terapis, Claire Nicogossian, Psy.D. mengatakan bahwa ia menemukan banyak seorang ibu yang bersikap perfeksionis. Mereka bahkan membayangkan segala hal dengan sempurna dan terlihat sempurna di depan anak mereka.

Menurut Nicogossian dilansir Mother, Selasa, 8 Maret, seorang anak dan ibu pasti akan tumbuh. Sepanjang perjalanan hidup mengalami kesalahan, memperbaiki, bahkan kegagalan. Tak apa, Nicogossian memberikan cara supaya tidak menjadi sempurna sebagai acuan. Berikut saran atau rekomendasinya.

1. Menyadari ibu berperan sepanjang hidup

Membersamai dan mengasuh anak merupakan komitmen seumur hidup. Mulai dari mengajar, mendidik, tahu bagaimana cara merawat anak, membimbing, mencintai, dan mendukung pertumbuhan buah hati sepanjang hidup Anda. Oleh karena itu, menjadi seseorang yang paling dekat dengan buah hati meskipun mereka memiliki pilihan sendiri atas hidupnya ketika telah mandiri.

2. Memilliki batasan

Batasan atau boundary perlu dimiliki, terutama dalam peran sepanjang usia menjadi ibu. Seorang bayi membutuhkan ibunya untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika anak beranjak dewasa, kebutuhannya akan berubah. Maka menjadi tersedia untuk anak Anda sangat penting. Tetapi bukan berarti Anda mengabaikan aspek pertemanan, karir, hobi, dan cita-cita yang ingin dicapai. Artinya, bangun batasan secara sehat agar satu dan lain peran tidak saling bertubrukan.

3. Mencintai dan menerima diri sendiri

Ibu luar biasa bisa mencintai anak-anak mereka tanpa syarat. Namun kadang luput untuk mencintai dan menerima diri sendiri. Seringkali muncul suara-suara kritis dari dalam pikiran yang berupaya merendahkan diri sendiri. Kritik ini hendak mengejar kesempurnaan, cobalan untuk mengubahnya menjadi self-talk yang positif.

4. Hindari menganggap kelakuan buruk anak secara pribadi

Memberikan otonomi pada anak saat ia sedang tumbuh penting dilakukan, kata Nicogossian. Ini membuatnya lebih mandiri dan meminimalisir konflik yang dipicu hal-hal kecil. Sarannya, coba komunikasikan apa yang telah dilakukan oleh anak, meski buruk, jangan terbawa perasaan ketika mereka melakukannya.

5. Bersikap terbuka

Meski Anda tidak setuju dengan tanggapan atau pendapat anak, tetapi perlu membuka komunikasi. Dalam berkomunikasi, usahakan untuk berperilaku dan berkata-kata baik. Dengarkan mereka ketika memiliki sesuatu untuk dikatakan. Beri mereka ruang untuk mengutarakan pemikirannya kerena membantu perkembangan dan kepercayaan diri mereka.

6. Belajar minta maaf

Ketika melakukan kesalahan atau membuat orang lain merasa hilang kesabaran, maka minta maaf itu penting. Keterampilan minta maaf bisa dimiliki secara efektif. Supaya tidak menggunakan kata ini, saran Nicogossian, minta maaflah ketika melakukan kesalahan atau terlihat dalam perilaku yang memengaruhi situasi dengan anak Anda.

7. Habiskan waktu berkualitas bersama anak-anak

Anak-anak membutuhkan waktu berkualitas yang teratur dan rutin dengan Anda. Maka buatlah jadwal rutin dan jadikan sebagai prioritas setiap hari.

Terakhir sebagai tambahan, biarkan anak-anak menjadi dirinya sendiri. Sesekali memberikan arahan tentu diperlukan. Perlu diingat, berikan bimbingan, cinta, dan dukungan dari Anda.