Punya Obsesi Tampil Cantik Sempurna yang Berlebih? Bisa Jadi Mengidap Gangguan Dismorfik Tubuh
Ilustrasi gangguan dismorfik tubuh (Unsplash/Milada Vigerova)

Bagikan:

SURABAYA - Pernahkah Anda menjumpai seseorang yang rela mengulang foto selfie-nya hingga berkali-kali agar kecantikan terlihat sempurna? Jika ya, ada kemungkinan dia mengalami gangguan dismorfik tubuh. Lalu, gangguan apa itu?

Mengenal Gangguan Dismorfik Tubuh

Seorang wanita terkadang punya obsesi terlihat cantik sempurna. Bahkan, obsesinya itu membuat dirinya sendiri dan orang sekitar merasa kesulitan. Lebih jauh lagi akan berdampak pada kesehatan mental

Mengutip Cosmopolitan, Rabu, 20 April, gangguan dismorfik tubuh adalah kondisi di mana seseorang akan terpaku pada kekurangan fisiknya, persepsi citra diri yang menyimpang, dan dialami oleh sekitar 2 persen populasi.

Berdasarkan penjelasan pada laman Psychology Today, gangguan dismorfik tubuh (body dysmorphic disorder) adalah salah satu tipe obsessive-compulsive disorder. Seseorang dengan kondisi ini seringkali punya persepsi dirinya tak sempurna dan menghabiskan waktu berjam-jam memikirkan bagaimana penampilannya.

Terdapat dua faktor yang memengaruhi seseorang dengan gangguan dismorfik tubuh. Pertama, terdapat komponen genetik karena memiliki kerabat tingkat pertama dengan gangguan obsesif-kompulsif.

Faktor Lingkungan Berkontribusi

Selain faktor pertama, faktor lingkungan berkontribusi membentuk gangguan dismorfik tubuh. Ini sering dialami ketika memiliki riwayat pelecehan ketika masih kanak-kanak, penelantaran, atau trauma masa kanak-kanak lainnya, dan mungkin memiliki orang tua atau saudara kandung dengan gangguang kecemasan.

Di Amerika Serikat, sekitar 2,4 persen orang dewasa memiliki gangguan dismorfik tubuh. Prevalensinya adalah 2,5 persen pada perempuan dan 2,2 persen pada pria. Rata-rata dialami oleh usia 12-13 tahun dan 15 tahun. Namun gejala bisa muncul secara bertahap dan serupa pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa.

Tren Operasi Plastik

Vivian Diller, Ph.D., seorang psikoterapis di New York City, mengatakan bahwa sindrom membandingkan dan rasa putus asa mendorong tren yang ekstrim.

Yang disorot oleh Diller adalah tren operasi plastik. Sebuah jajak pendapat oleh American Academy of Facial Plastic and Reconstructive Surgery juga menemukan bahwa terdapat peningkatan 31 persen permintaan kosmetik dari kosmumen yang ingin mereka terlihat lebih baik.

Disarankan untuk Konsultasi Dokter

Memiliki citra diri yang positif tentu akan lebih menenangkan. Namun pandangan negatif tentu juga tak bisa dihilangkan sepenuhnya dengan mudah. Artinya, mengenali diri sendiri dan menempuh cara tepat untuk body positivity perlu dilakukan.

Gejala dan penjelasan di atas tidak dapat dipakai untuk self-diagnosis. Direkomendasikan untuk konsultasi pada dokter untuk mendapatkan diagnosa akurat dan penanganan tepat.

Artikel ini telah tayang dengan judul Gangguan Dismorfik Tubuh, Ketika Tampil Cantik Sempurna Jadi Obsesi.

Selain terkait gangguan dismorfik tubuh, dapatkan informasi dan berita daerah Jawa Timur melalui VOI Jatim.