Tarif PDAM di Surbaya Tak Pernah Naik, Walkot Eri Sebut Harus Ada Beda Tarif Kampung dan Klaster Mewah
Eri Cahyadi merasakan air PDAM di Surabaya (Dok. Antara)

Bagikan:

SURABAYA - Tarif air bersih yang ditarik oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada disebut tak pernah mengalami kenaikan selama puluhan tahun. Hal ini disinggung langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Ia mengatakan bahwa ada kesamaan antara tarif PDAM di Surabaya untuk rumah kecil dan rumah besar.

Perbedaan Tarif PDAM di Surabaya

Di hadapan para wartawan, Walkot Eri menilai seharusnya ada perbedaan tarif PDAM di Surabaya, Jawa Timur.

"Seharusnya ada perbedaan tarif, misalnya rumah di klaster perkampungan dengan klaster rumah mewah. Wong bayar PBB (Pajak Bumi Bangunan)-nya juga beda. Ini harus diubah, jangan pernah takut. Kalau begini terus akhirnya si miskin mensubsidi yang kaya," jelas Wali Kota Eri dikutip dari Antara, Kamis, 4 Agustus.

Keluhan Warga

Tak hanya itu, Eri juga menyinggung keluhan warga kampung Blauran Kidul Gang 1 yang mengaku tak mendapat air PDAM sejak 10 tahun lantaran jaringan pipa rusak.

"Kawasan Blauran menjadi prioritas dan ini menjadi catatan nanti ke teman-teman," kata Eri.

Target 2023

Lebih lanjut, Eri mengatakan PDAM Surabaya punya kontrak kinerja dengan dirinya seiring dengan terpilihnya direktur utama PDAM Surya Sembada yang baru, Arif Wisnu Cahyono.

"Kami punya target di tahun 2023 tidak ada lagi wilayah di Surabaya yang tidak teraliri air PDAM. Itu janji Dirut PDAM," ujar dia.

Penyebab Tak Teraliri Air

Eri menambahkan ada beberapa penyebab di beberapa titik wilayah tidak bisa teraliri air PDAM, misalnya tidak ada pipa utama, kemudian tidak ada pipa kecil-kecil yang masuk ke kampung.

Berdasarkan keterangan dari pihak PDAM Surya Sembada, lanjut dia, kehilangan air akibat kebocoran dan kerusakan pipa cukup tinggi. "Kalau pipa itu segera diganti akan meniadakan kebocoran air, sehingga wilayah lain bisa teraliri," ujar dia.

Undang Investor

Menurut Eri, untuk perbaikan itu PDAM bisa mengundang investor untuk berinvestasi, sehingga tidak pakai uang PDAM.

"Makanya kami bilang cobalah pakai investasi. Dengan itu bisa dibayarkan dan itu bisa menjadi pertimbangan," kata Eri.