Mengenal 2 Gaya Berpikir Manusia Berdasarkan Kecepatannya, Mana yang Anda Miliki?
Ilustrasi gaya berpikir manusia (Unsplash/Remi Turcotte)

Bagikan:

SURABAYA - Manusia dikaruniai kemampuan berpikir untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan. Gaya berpikir manusia dibedakan dalam dua macam gaya, yakni berpikir cepat dan berpikir lambat.

Mengenal Gaya Berpikir Manusia

Berpikir cepat disebut rentan bias, sedangkan berpikir lambat akan menguras energi. Lalu, mana yang sekiranya lebih baik?

Dilansir Psychology Today, Jumat, 27 Mei, pendekatan cepat dan intuitif dalam berpikir, sering diatur oleh respons emosional, kebiasaan, atau naluri.

Seorang pemikir cepat biasanya mampu menghasilkan solusi dengan cepat namun rentan terhadap bias keputusan umum dan kesalahan penalaran. Sebaliknya, pemikir lambat akan lebih sadar akan pemilihan yang berbeda. Keuntungan berpikir lambat akan menghasilkan hasil yang lebih terarah dan akurat tetapi terkait upaya kognitif yang lebih tinggi.

Dalam keseharian, ‘lambat’ kerap diasosiasikan secara negatif. Bahkan dipakai untuk menggambarkan kemampuan atau kecerdasan di bawah rata-rata.

Menariknya, eksperimen yang dilakukan Eva Krockow, Ph.D., peneliti di Universitas Leicester, mengambil pendekatan ‘pemikir lambat’ sebagai gaya berpikir yang lebih baik. Apa alasannya?

Gambaran Konteks Berpikir

Krockow memberikan gambaran tentang konteks berpikir. Ketika sehari-hari, Anda bisa memilih pakaian kerja secara intuitif dan cepat. Apalagi secara sadar Anda tahu tidak ada jadwal meeting, maka berpakaian kasual jadi pilihan mayoritas dan segera.

Tetapi ketika dalam momen pernikahan, Anda membutuhkan waktu lama untuk membangun kesadaran konteks dan kemudian memilih pakaian pernikahan.

Mana yang Lebih Baik?

Lantas mana yang lebih baik, berpikir cepat atau lambat? Tidak ada yang lebih baik diantara keduanya, tetapi menurut Krockow, perlu menciptakan keseimbangan atas dasar konteks dan efisiensi. Alih-alih mencoba mengidentifikasi gaya berpikir yang lebih baik, yang jadi tantangan adalah menemukan keseimbangan.

Ketika Anda perlu segera mengambil keputusan dan harus berpikir cepat, maka berpikir lambat terlalu berisiko.

Namun, ketika Anda membutuhkan kesadaran penuh dalam membuat keputusan, Anda bisa membangun kesadaran lewat mengidentifikasi setiap kemungkinan secara realistis. Sebab, mengorbankan waktu dan energi untuk terus-menerus berpikir bukan tidak mungkin akan berisiko pada kesehatan mental.