Peredaran BBM Ilegal di Sumenep Berhasil Digagalkan, Polisi Sita 90 Jerigen untuk Dijual Lagi
Pengungkapan kasus pengiriman BBM ilegal di Mapolairud Polda Jatim, Surabaya (ANTARA)

Bagikan:

SURABAYA - Direktorat Kepolisian Air dan Udara (Ditpolairud) Polda Jawa Timur berhasil menggagalkan pengiriman bahan bakar minyak (BBM). BBM ilegal tersebut berjenis bio solar dan pertalite yang diangkut menggunakan mobil pikap di Pelabuhan Dungkek, Sumenep.

"Dari pengungkapan tersebut, kami juga menangkap seorang sopir berinisial SRW asal Kepulauan Raas, Sumenep," jelas Kabid Humas Polda Jatim Kombes Polisi Dirmanto didampingi Direktur Polairud Kombes Polisi Puji Hendro Wibowo di Surabaya, Selasa 12 April, dikutip dari Antara.

BBM Ilegal Berhasil Disita

Dalam penyergapan tersebut Tim Subdit Gakkum yang dipimpin AKBP Siswantoro berhasil menyita 90 jerigen minyak bersubsidi dengan rincian 80 jerigen berisi bio solar, sedangkan 10 jerigen berisi pertalite.

Dirmanto mengatakan bahwa terungkap-nya kasus BBM ilegal ini setelah pihaknya mendapat informasi adanya pengiriman BBM yang menggunakan surat izin palsu.

Setelah diselidiki, pelaku yang saat itu usai mengambil BBM di SPBU daerah Sumenep, diikuti polisi hingga ke Pelabuhan Dungkek.

Penyalahgunaan Izin

Di tempat itulah mobil pikap hitam bernopol P-8504-EA yang dikemudikan pelaku langsung dihentikan, dan saat digeledah didapati adanya penyalahgunaan surat izin.

"Jadi, yang bersangkutan ini mengangkut BBM dan hendak dibawa ke Pulau Raas untuk dijual kembali. Tapi, saat proses pengambilan BBM, ia menyalahgunakan surat izin dari pihak-pihak terkait. Ketika dicek, surat izin itu palsu dan dipakai berkali-kali," ucapnya.

Dalam pemeriksaan, pelaku mengaku hanya disuruh seseorang atau bosnya dan rencananya BBM tersebut disimpan untuk kemudian dijual secara ecer.

Harga BBM

Untuk solar, pelaku mengaku membeli seharga Rp5.500 per liter, kemudian dijual Rp6.500 per liter. Sedangkan untuk pertalite, dibeli dengan harga Rp7.650 per liter, lantas dijual Rp8.500 per liter.

"Pengakuannya sudah empat kali ini dan keuntungan pelaku mencapai Rp250 juta. Saat ini masih akan dikembangkan untuk mengungkap jaringan di atasnya," tandasnya.