Posisi Striker Timnas Jadi yang Terlemah di Piala AFF 2020, Ronny Tanuwijaya Singgung Naturalisasi Pemain Asing
Ronny Tanuwijaya bersama para mantan pemain nasional yang tergabung dalam APSI. (foto: dok Pribadi.)

Bagikan:

SURABAYA - Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong mengatakan bahwa posisi striker timnas justru jadi yang terlemah di Skuad Garuda selama Piala AFF 2020 di Singapura. Hal itu ternyata sudah dikatakan oleh Ronny Tanuwijaya heran, Mantan manajer Persijatim dan penasehat Asosiasi Pelatih Sepak bola Indonesia (APSI) sejak lama.

Sebelumnya, pelatih asal Korea Selatan Shin Tae-yong mengatakan bahwa posisi ujung tombak jadi salah satu yang mesti ditingkatkan. Ia juga menyinggung kebiasaan klub-klub Liga Indonesia yang sering menggunakan pemain asing untuk posisi striker dan hal tersebut sangat mempengaruhi hal tersebut.

"Di tim kami posisi yang paling lemah adalah striker. Di Liga Indonesia juga orang asing yang banyak dipakai sebagai striker. Jadi memang susah sekali untuk berkembang," kata Shin Tae Yong usai konferensi pers.

Striker Timnas Lemah

Rotan, sapaan akrab Ronny Tanuwijaya, mengungkapkan kelemahan tersebut sejak lima tahun silam. Sayang suaranya tak didengar pemangku kepentingan.

“Saya sudah peringatkan hal ini sejak lama. Tapi analisis saya ini seperti tak didengar oleh para pemangku kepentingan, baik PSSI, badan liga, atau klub sendiri,” ucap Rotan saat dihubungi VOI, Minggu, 2 Desember.

Rotan juga melihat  kebijakan PSSI selama ini yang kerap kali melakukan naturalisasi pemain asing untuk dijadikan striker timnas lebih membebani lagi. “Ini sudah tidak benar,” ujar Rotan.

"Di tim kami posisi yang paling lemah adalah striker. Di Liga Indonesia juga orang asing yang banyak dipakai sebagai striker. Jadi memang susah sekali untuk berkembang," kata Shin Tae Yong dalam sesi konferensi pers.

Naturalisasi Pemain Kerap Dilakukan

Rotan sendiri mengungkapkan hal itu sejak lima tahun lalu. “Saya sudah peringatkan hal ini sejak lama. Tapi analisis saya ini seperti tak didengar oleh para pemangku kepentingan, baik PSSI, badan liga, atau klub sendiri,” ungkap Rotan saat dihubungi VOI, Minggu, 2 Desember.

Rotan juga melihat  kebijakan PSSI selama ini yang kerap kali melakukan naturalisasi pemain asing untuk dijadikan striker timnas RI lebih membebani lagi. “Ini sudah tidak benar,” ujar Rotan.

Ia menilai masih banyak bakat-bakat muda yang bisa tumbuh dan menjadi striker timnas jika diberikan  kesempatan. Misalnya Irfan Jaya dari Persebaya. “Hanya mungkin jam terbangnya di level internasional masih minim,” kata Rotan.

Harus Ada Perubahan

Untuk mengatasi kondisi minim striker itu, Rotan mengusulkan sebuah perubahan radikal di kompetisi nasional. “Seharusnya ada kuota tertentu bagi klub  untuk memakai pemain asing di posisi tertentu. Hal ini agar memberikan ruang dan kesempatan pada striker-striker lokal untuk mendapatkan jam terbang cukup di kompetisi,” ujarnya.

Rotan juga berharap, dalam melakukan naturalisasi pemain PSSI harus benar-benar selektif dalam memilih pemain. “Jangan asal saja begitu diperbolehkan undang-undang. Kalau hasilnya seperti saat ini, jelas sekali bahwa manfaat naturalisasi itu tidak maksimal,”  pungkas Rotan.